Atlet Tunagrahita Indonesia Berprestasi
Boling Bawa Muhammad Yafie Eza Mahendra, Atlet Tunagrahita Indonesia Berprestasi di SOWSG 2023 Berlin
Atlet Tunagrahita Indonesia Berprestasi. Pada tahun 2023, dunia olahraga akan menyaksikan ajang olahraga terbesar di dunia, Special Olympics World Summer Games (SOWSG) yang akan diselenggarakan di Berlin, Jerman. Ajang ini akan menjadi panggung bagi ribuan atlet disabilitas intelektual dari seluruh dunia untuk berkompetisi dan menunjukkan kemampuan mereka.
Di antara para atlet yang akan mewakili Indonesia dalam ajang ini adalah Muhammad Yafie Eza Mahendra, seorang atlet tunagrahita yang telah menunjukkan prestasi gemilang dalam cabang olahraga boling. Yafie adalah contoh nyata bahwa keberhasilan tidak terbatas pada kemampuan fisik semata, tetapi juga melibatkan kekuatan mental dan semangat yang tak tergoyahkan.
Yafie telah berlatih dan berkompetisi dalam olahraga boling sejak usia muda. Meskipun menghadapi tantangan dalam perkembangan intelektualnya, Yafie tidak pernah menyerah dan terus bekerja keras untuk mengasah kemampuannya dalam olahraga ini. Dukungan dari keluarga, pelatih, dan komunitas olahraga telah menjadi pendorong bagi Yafie untuk mencapai prestasi yang luar biasa.
Pada SOWSG 2023 Berlin, Yafie akan berkompetisi melawan atlet-atlet terbaik dari seluruh dunia dalam cabang olahraga boling. Meskipun persaingan akan sangat ketat, Yafie telah menunjukkan kemampuannya dalam berbagai turnamen dan kompetisi sebelumnya. Ia telah meraih sejumlah medali emas dan perak, membuktikan bahwa ia adalah salah satu atlet boling terbaik di Indonesia.
Keikutsertaan Yafie dalam SOWSG 2023 Berlin juga merupakan bukti bahwa Indonesia memberikan perhatian dan dukungan yang besar bagi atlet-atlet disabilitas intelektual. Melalui partisipasi dalam ajang olahraga internasional seperti ini, Indonesia berharap dapat mempromosikan inklusi dan kesetaraan bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang atau kemampuan mereka.
Atlet Tunagrahita Indonesia Berprestasi
Selain itu, keberhasilan Yafie dalam olahraga boling juga dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang, baik yang memiliki disabilitas maupun tidak. Prestasinya menunjukkan bahwa dengan dedikasi, kerja keras, dan semangat yang kuat, setiap orang dapat mencapai hal-hal yang luar biasa, bahkan dalam menghadapi tantangan yang sulit sekalipun.
Sebagai bangsa yang berkomitmen untuk memajukan dunia olahraga inklusif, Indonesia telah meluncurkan berbagai program dan inisiatif untuk mendukung atlet-atlet disabilitas. Pemerintah dan organisasi olahraga telah bekerja sama untuk menyediakan fasilitas dan pelatihan yang memadai bagi atlet tunagrahita seperti Yafie, sehingga mereka dapat berkembang dan berprestasi di tingkat internasional.
Atlet Tunagrahita Indonesia Berprestasi
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mencatatkan prestasi yang mengesankan dalam berbagai ajang olahraga internasional untuk atlet disabilitas. Keberhasilan atlet-atlet seperti Yafie adalah bukti bahwa mereka memiliki potensi yang luar biasa dan dapat bersaing dengan atlet-atlet terbaik dari negara lain.
Kami berharap bahwa keberhasilan Yafie dalam SOWSG 2023 Berlin akan menjadi inspirasi bagi banyak orang dan mendorong lebih banyak partisipasi dalam olahraga inklusif di Indonesia. Semoga prestasi Yafie dapat membuka pintu bagi lebih banyak kesempatan dan pengakuan bagi atlet-atlet disabilitas intelektual di masa depan.
Jakarta: Ajang Special Olympics World Summer Games (SOWSG) 2023 Berlin, 17 sampai 25 Juni lalu menjadi kenangan paling berharga bagi atlet Tunagrahita asal Kota Taman, Bontang, Kalimantan Timur.Ya, dia adalah Muhammad Yafie Eza Mahendra.
Eza, sapaan karibnya, merasa begitu bahagia ketika menjejakkan kaki di tanah bangsa Arya, Jerman. Pemuda kelahiran Bontang, 29 Desember 1998 itu tidak menyangka olahraga boling difabel yang digeluti sejak 2018 mampu mengantarkannya ke luar negeri, mengikuti ajang Special Olympics World Summer Games (SOWSG) 2023 Berlin, 17 sampai 25 Juni.
Yang lebih membanggakan, putra pasangan Hapsen dan Hartati itu mampu pulang membawa medali emas, melalui nomor unified sport cabang olahraga boling. Berpasangan dengan Muhammad Angga Reka Perdana, Eza merengkuh poin terbanyak, 648, mengungguli peboling Austria dan Kazakhstan.
Tak ayal prestasi ini membuat keluarga Eza bahagia, lantaran tak menyangka putra mereka yang spesial itu mampu mengharumkan nama Indonesia.
Atlet Tunagrahita Indonesia Berprestasi
“Senang sekali. Anak saya yang di mata orang, anak yang kurang, bisa berprestasi. Bisa juga punya kelebihan yang banyak orang normal tidak bisa,” ungkap ibunda Eza, Hartati.
Dia mengenang saat pertama kali guru Eza di SLB Negeri Bontang menelepon, minta izin melatih Eca yang saat itu berusia 20 tahun bermain boling. Tak dinyana sulung dari tiga bersaudara itu menunjukkan bakatnya di olahraga gelinding bola tersebut dan berangkat ke Riau, mengikuti Pekan Olahraga Tingkat Nasional (Pornas) Special Olympics Indonesia (SOIna) 2018.
“Ternyata dilatih itu untuk diikutkan Pornas SOIna di Riau dan juara 1 di sana,” ungkap Hartati.
Setelah sukses di Riau, Eza rencananya bertanding di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, namun urung terlaksana. Berikutnya kegiatan bermain boling sempat vakum lantaran merebaknya pandemi Covid-19.
Lepas pandemi, aktivitas boling Eza berlanjut, hingga berhasil meraih prestasi di ajang SOWSG 2023 Berlin. Prestasi ini tak terlepas dari latihan rutin yang dilakoni Eca serta dukungan keluarga dan pihak-pihak terkait. Pasalnya bukan hal mudah untuk bisa memotivasi Eza terus konsisten bermain boling.
“Kalau anak seperti Eza ya harus kuat-kuat mamanya merayu biar rajin latihan. Karena kalau sudah bilang enggak mau, ya susah lagi disuruh,” ungkap Hartati.
“Eza itu kalau sudah di tempat latihan enak, sudah gak ada malas-malasnya. Dia bilang asyik main boling. Namanya anak spesial kalau sudah suka sama sesuatu, dia akan serius,” sambungnya.
Jejak Sejarah Kelembagaan Kemenpora dari masa ke masa
Tonggak sejarah kelembagaan yang mengurusi pembangunan kepemudaan dan keolahragaan sebenarnya sudah ada sejak masa awal kemerdekaan Indonesia. Sebagaimana penelusuran tim tentang sejarah pengelolaan kegiatan olahraga dan pemuda oleh negara diketahui pada susunan Kabinet pertama yang dibentuk pada tanggal 19 Agustus 1945. Kabinet yang bersifat presidensial memiliki Kementerian Pengajaran yang dipimpin oleh Menteri Ki Hajar Dewantoro. Kegiatan olahraga dan pendidikan jasmani berada di bawah Menteri Pengajaran. Istilah pendidikan jasmani dipergunakan dalam lingkungan sekolah sedangkan istilah olahraga digunakan untuk kegiatan olahraga di masyarakat yang berupa cabang–cabang olahraga. Usia kabinet pertama yang kurang dari tiga bulan kemudian diganti dengan Kabinet II yang berbentuk parlementer di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Sutan Sjahrir yang dilantik pada tanggal 14 November 1945.
Tangan Kanan Mengepal : Merupakan wujud Tekad, Semangat, Kokoh, Teguh, Kemauan kuat Pemuda untuk menjaga Negara Kesatuan Repubik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta Bhineka Tunggal Ika
Tiga pilar pada tangan mengepal : mempunyai makna ketiga peristiwa sejarah yaitu: Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928 dan Kemerdekaan Indonesia 1945 yang Pelaku utamanya adalah Pemuda.
Warna Biru : mempunyai makna lambang/simbolik : Keliasan Pandangan dan Pikiran, Smart, Bergerak Maju, Inovatif dan Inspiratif, Kedewasaan, Kematangan, Penguasaan Ilmu Pengetahuan, dan Dinamis